Mengapa ( Hanya ) Peduli Palestina ?




Belakangan ini sangat gaduh berita di media massa tentang Perang antara Israel dan Palestina. Dalam catatan sejumlah media, perang itu telah memakan korban sekitar 1000 ( baca: Seribu ) orang, yang terdiri dari orang dewasa,anak-anak dan bayi.

Sejumlah aktivis HAM dan kemanusiaan mengutuk terjadinya perang ini, karena dalam sejarah peradaban manusia, perang merupakan sebuah bencana kemanusiaan. Tak ada yang diuntungkan dari perang. Akibatnya, banyak relawan kemanusiaan pun memberika bantuan suka rela sebagai relawan.

Di Indonesia, kepedulian bukan hanya ditunjukkan dengan berbagai aksi solidaritas, mulai dari aksi unjuk rasa yang mengecam terjadinya perang juga pengumpulan dana suka rela yang akan disumbangkan ke Palestina. Sejumlah ormas Islam mengatakan bahwa aksi solidaritas ini dilakukan bukan saja sebagai bentuk kepedulian kemanusiaan tetapi juga sebagai upaya balas jasa, karena Palestina termasuk negara yang sama-sama mayoritas muslim. Bahkan, konon Palestina merupakan negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.

Menurut saya, alasan terakhir meragukan. Sebab, berdasarkan catatan yahoo.com, Mesir lebih dulu mengakui kemerdekaan Indonesia dibandingkan Palestina. Mesir menyatakan pengakuannya terhadap kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946 sementara Palestina baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1947 atau setahun kemudian.

Sementara dari sisi kemanusiaan, dapat dimaklumi karena perang itu memang secara otomatis akan menimbulkan korban rakyat sipil. Namun, kita juga tak boleh lupa : di Indonesia ini ada sekitar 150 ribu bayi meninggal karena berbagai sebab dan 10 ribu diantaranya wanita. Dari sisi kemanusiaan, manakah yang lebih dulu diprioritaskan ?

Atas nama kemanusiaan , kita sangat gaduh membicarakan perang dinegeri orang, namun kita melupakan bahwa sebuah bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat terjadi di negeri sendiri. Kita seakan cuek bahwa setiap tahunnya tak kurang dari 3 ribu orang meninggal karena aborsi. Kita nyaris tak pernah membicarakan ketika hampir 2,6 juta bayi meninggal karena gizi buruk setiap tahunnya. Lalu mengapa kita hanya peduli pada Palestina ?

Yang menjadi pertanyaan kemudian, ada apa di balik ungkapan kepedulian kita terhadap Palestina. Benarkah ungkapan tulus kemanusiaan atau sekadar latah, agar takut dibilang kuper ? Mari kita sama-sama merenung !
hits
202
sulist - Ibukitakartini.com

View the original article here


Category Article

Related Post